AristekturDesign!

Helping you to bring your concepts and ideas to your real life.

Sistem Pengawetan Bambu Tradisional Jawa ( Indonesia)





Di Jawa, dahulu telah ada sistem pengawetan tradisional yang sangat ramah lingkungan dan mudah untuk diterapkan. Dimana bambu hanya di rendam dalam air sungai atau kolam lumpur dalam jangka waktu tertentu. Hal ini akan mengakibatkan kandungan 'kanji' dalam bambu atau unsur yang disukai oleh kumbang bubuk terfermentasi, sehingga bambu tersebut tidak enak lagi untuk dimakan oleh kumbang tersebut. Menurut beberapa pengalaman dari masyarakat di Jogjakarta yang mewarisi hal ini, waktu terbaik perendaman adalah minimal 4-6 bulan. Sebenarnya dalam hal ini tidak ada aturan yang baku dan tercatat dalam penelitian, namun lebih pada pengalaman pengguna saja.

Di negara-negara tertentu pernah dikenal juga sistem pengawetan menggunakan air seni binatang, seperti air seni kuda, sapi atau yang lainya. Dimana zat amonia menjadikan unsur yang disukai oleh kumbang bubuk tersebut terfermentasi secara alami. Jika anda menanyakan kepada saya, yang manakah yang terbaik dalam semua sistem ini? Agak sulit menjawabnya.

Menurut saya alangkah lebih baik menerapkan hal ini berdasarkan kemudahan dalam menggunakan. Maksud saya, jika rumah anda dekat dengan sungai, maka alangkah baiknya memanfaatkan sunagi tersebut sebagai perendamannya, tentu lebih murah, cepat dan murah. Jika tidak ada sungai, maka buatlah kolam air/lumpur saja. Atau pun jika anda tinggal di tepi pantai, maka air laut juga bisa digunakan untuk perendaman bambu. Tapi saya belum punya referensi yang cukup untuk perendaman di air laut ini.

Dalam perkembangannya, sistem pengawetan tradisional ini telah teruji dengan baik. Pada foto diatas (rumah 1) bambu yang digunakan telah melewati 2 generasi. Sedangkan foto dibawahnya (rumah 2) telah berusia lebih dari 40 tahun lamanya. Mengagumkan memang...

0 komentar:

Posting Komentar